Polisi Humanis Asal Sabu Raijua Ini Dirikan Rumah Bagi Warga Tidak Mampu

Polisi Humanis Asal Sabu Raijua Ini Dirikan Rumah Bagi Warga Tidak Mampu

 

Aipda Lasar Marlen Bullu merupakan sosok Polisi berhati mulia dari Polres Sabu Raijua. Sejak mengabdikan diri sebagai Polisi angkatan gelombang ke 2 tahun 2004 dan ditempatkan di Kabupaten Sabu Raijua pada tahun 2020, Aipda Laasar Marlen Mbulu selalu mendekatkan diri dengan masyarakat setempat.

 

Pria kelahiran Atambua Belu 39 tahun yang lalu ini sangat prihatin ketika melihat kondisi warga yang tidak memiliki tempat tinggal layak huni. Salah satu yang mengganggunya ketika melihat rumah dari tetangganya yang sudah miring dan atapnya sudah berlubang. Atas inisiatifnya ayah dari tiga orang anak ini membantu mendirikan sebuah rumah layak huni bagi tetangganya tersebut.

 

“Saya merasa sedih dan trenyuh ketika melihat rumah tetangga saya bapak Marten Nguru yang kondisinya sangat memprihatinkan. Sayapun berbicara dengan istri Saya lalu bicara dengan istri bagaimana kalau dari kelebihan berkat yang kita punya, kita bangun rumah kasih bapak Matobo. Istri bilang kalau bapak mau, saya siap dukung dari belakang,” ungkap Asar Bullu.

 

“Dan keesekokan harinya sayapun mulai membuat atau mencetak batu bata(batako) setelah semua material terkumpul,saya menyampaikan kepada tetangga saya yang bisa kerja rumah dan tentangga sayapun langsung merespon untuk membantu kerja dengan rumah suka rela. Kurang lebih kami selesaikan rumah tersesebut selama dua minggu”tambahnya.

 

Bersama tetangga dan warga sekitar, Pria asal Perbatasan RI-RDTL yang juga menbat sebagai Ps. Kanit Propam Polsek Sabu Timur, Polres Sabu Raijua ini kemudian membangun rumah tembok untuk Marthen Nguru. Semua bahan bangunan dia tanggung. Dia minta bantuan dari mertua untuk kebutuhan kayu. Tetangga dan saudara yang punya keahlian sebagai tukang datang membantu secara suka rela. Maka jadilah rumah tembok milik Marthen Nguru.

 

“Saya cetak batako sendiri secara bertahap dan dikumpulkan, ketika sudah banyak baru dikerjakan. Saya juga minta bantuan bapa mantu untuk kebutuhan kayu. Baik itu untuk kayu atap maupun untuk kusen. Kami kerja gotong royong. Ada saudara yang juga bisa tukang bangun sehingga kami kerja sama-sama. Intinya sekarang bapa Matobo sudah tinggal di rumah yang layak sehingga kalau hujan maupun angin, kami tidak pikiran lagi,”jelasnya.

 

Disadari bahwa, Aipda Laasar bukan orang yang punya penghasilan besar dan bisa membantu banyak orang. Dia sadar bahwa, saudara terdekat adalah tetangga. Dan dia tidak nyaman jika tetangganya tidur di gubuk yang tak layak huni.  Walaupun baru bisa menolong satu tetangga, paling tidak dirinya telah memberi contoh dalam berbagi dan telah menyalakan lilin kepedulian bagi sesama.

 

“Saya tidak menyangka nanti punya rumah tembok. Saya tidak punya istri atau anak. Rumah yang saya tinggal sudah miring. Saya paling takut dengan polisi, tapi ternyata polisi yang datang tolong untuk bantu saya bangun rumah. Ini orang baik yang Tuhan kirim,” ujar Marthen Nguru dalam bahasa Sabu.